Toxic People: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Penyebabnya
Dalam menjalani kehidupan, tidak bisa dipungkiri bahwa kita beriringan dengan yang namanya “toxic people”. Nah apa sih yang dimaksud dengan istilah “toxic people”? Toxic people adalah sebutan yang merujuk pada seseorang yang dianggap beracun. Beracun disini maksudnya adalah seseorang yang memberikan dampak buruk bagi orang lain, terutama pada psikis. Lalu, kenapa seseorang bisa menjadi toxic atau memberikan dampak buruk bagi orang lain? Simak penyebabnya berikut ini!
1. Adanya rasa tidak puas dan pernah gagal. Ketika seseorang merasa tidak puas dengan pencapaiannya atau pencapaiannya itu tidak sebesar pencapaian orang lain, maka dapat menimbulkan rasa ingin melampiaskannya kepada orang lain. Contohnya adalah ketika ada seseorang yang sedang berusaha memperjuangkan cita-citanya, si “toxic people” ini akan berusaha menghasut orang tersebut untuk merasa tidak yakin bahwa dirinya bisa mewujudkan cita-cita atau impiannya. Apa keuntungan yang didapat oleh si “toxic people” jika dia melakukan hal demikian? Dengan melakukan hal demikian, si “toxic people” tidak ingin ada orang lain yang bisa melebihi pencapaiannya. Untuk menghibur diri atas usahanya yang tidak sesuai ekspektasi atau bahkan gagal, “toxic people” bisa melakukan segala cara untuk mematahkan semangat dan keyakinan pemimpi lain yang sedang berusaha keras mewujudkan impiannya.
2. Adanya masa lalu kelam yang membawa trauma. Perasaan trauma yang didapat dari masa lalu kelam mampu mengguncang kesehatan mental siapapun yang mengalaminya. Kondisi demikian dikenal dengan istilah Inner Child. Trauma adalah perasaan yang sangat sulit disembuhkan atau dihilangkan. Tingkat trauma dari setiap orang yang berbeda-beda bisa menjadi pemicu cara menyembuhkan yang berbeda-beda pula. Ada yang memilih untuk berusaha berdamai dengan masa lalu nya lalu mulai menata ulang kebahagiaan di masa kini dan masa mendatang. Namun, ada pula yang memilih cara yang salah dengan melampiaskannya kepada orang lain, karena luka dari masa lalu yang kelam bisa saja membuat seseorang salah arah dengan berusaha merugikan orang lain.
3. Memiliki pengalaman dibully. Tindak bullying adalah hal yang paling sering menjadi pemicu terguncangnya kesehatan mental dan psikis seseorang. Setiap orang memiliki tingkat manajemen emosi yang berbeda-beda. Dimana, fakta demikian bisa membuat perbedaan dalam menemukan solusi penyembuhan pada diri setiap orang ketika mereka mengalami guncangan pada mental dan psikis nya akibat tindak bullying yang pernah dialami. Mungkin di beberapa film atau bahkan kehidupan nyata terkuak fakta bahwa seseorang yang pernah menjadi korban bully bisa bangkit dari keterpurukannya lalu berubah menjadi lebih baik. Namun ada pula yang justru memilih untuk menanam kebencian dan memupuk dendam lalu membalaskannya kepada orang yang tidak bersalah. Ada lho orang-orang seperti itu, ketika dirinya pernah menjadi korban bully, dia ingin orang lain juga mengalaminya. “Toxic people” akan berusaha untuk membuat orang lain sama sepertinya, merasakan kekecewaan dan rasa sakit yang sama.
4. Kurangnya kasih sayang dan perhatian utuh dari orang tua. Tidak mendapat kasih sayang dan perhatian yang seharusnya dari orang tua adalah hal paling menyakitkan di dunia. Orang lain boleh mengabaikan dan tidak mencurahkan kasih sayang serta perhatian kepada kita. Tapi ketika hal demikian dilakukan oleh orang tua kita sendiri, seolah dunia telah direnggut dari genggaman kita. Kurangnya kasih sayang dan perhatian utuh dari orang tua bisa membuat seseorang merasa tidak lengkap serta memiliki begitu banyak kekurangan. Perasaan inilah yang akhirnya memicu bibit “toxic people” pada diri seseorang. Memang tidak semua orang yang kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tua tumbuh menjadi sosok “toxic people”, namun poin keempat ini juga tidak bisa diabaikan.
5. Berada di lingkungan yang “toxic” juga. Lingkungan adalah salah satu hal yang paling mempengaruhi perilaku baik dan buruknya seseorang. Bahkan karakter diri seseorang bisa di nilai dari lingkungan seperti apa dia tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang baik dan bersahabat bisa membuat seseorang memiliki karakter yang baik juga. Namun, lingkungan yang buruk atau bahkan cenderung “toxic” bisa menumbuhkan karakter yang “toxic” juga pada diri seseorang. Contoh lingkungan yang “toxic” adalah ketika orang-orang di dalamnya selalu mencari masalah setiap hari, entah membicarakan, mengompori, atau bahkan memfitnah orang lain di lingkungan tersebut. Jika hal demikian menjadi aktivitas harian yang terus menerus dilakukan, maka bukan tidak mungkin bisa mempengaruhi seseorang yang berada di lingkungan tersebut merasa sesak dan akhirnya menjadi “toxic people” di luaran sana.
Dari kelima penyebab seseorang menjadi “toxic people” diatas, sebenarnya ada juga yang justru memiliki privilege dalam hidupnya tapi tetap terjerumus menjadi “toxic people”. Privilege yang dimaksud adalah memiliki keluarga yang harmonis, selalu mendapatkan apa yang diinginkan dengan begitu mudah karena orang tua nya kaya raya, berada di lingkungan yang baik, tidak pernah mengalami trauma akibat masa lalu yang kelam, dan lain sebagainya. Jika hal ini yang terjadi, artinya ada sesuatu yang off dari kepribadian si “toxic people” tersebut.
Pembahasan mengenai "toxic people" tidak lepas dari pentingnya Mental Health. Seperti yang kita ketahui, kesehatan mental yang terguncang itu bisa mengakibatkan dampak terburuk yaitu menyakiti diri sendiri. Pada akhirnya, menerima dan mencintai diri sendiri menjadi kesadaran yang sangat penting. Dengan melampiaskan segala amarah dan dendam pada orang lain tidak akan membuat kita sembuh. Menyembuhkan mental diri sendiri tidak bisa dilakukan dengan menghancurkan mental orang lain.
Bergabung bersama #1 Indonesia Mental Awareness Portal untuk mendapatkan dukungan terkait kesehatan mental.
Komentar